Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah nikmat. Nikmat yang tidak diketahui indahnya kecuali bagi orang yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat derajat hidup, memberkahi dan mensucikannya. Jika Anda diberi Allah nikmat hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu masa, Anda pasti merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya dalam hidup ini. Rasakanlah nikmat yang mengangkat derajat hidup Anda, memberkahi dan mensucikannya.
Sesunggunya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup sambil mendengar Rabb-mu (Tuhan Penciptamu) sedang berbicara denganmu melalui Al-Qur’an ini. Anda adalah hamba yang kerdil dan kecil. Kemuliaan apakah gerangan yang diberikan kepada manusia ini? Kemulian yang amat tinggi dan mulia. Kemuliaan apakah gerangan yang diangkat oleh Tanzil (Al-Qur’an) bagi hidup ini? Kedudukan apapakah gerangan yang akan dianugrahkan oleh Maha Pencipta nan Mulia kepada manusia ini?
Sesungguhnya jika hidup ini dijalankan di bawah naungan Al-Qur’an, Anda dari ketinggian akan melihat Jahiliyah yang sedang melanda muka bumi ini, konsentrasi pemeluknya yang kecil dan kerdil. Anda juga akan heran melihat pengetahuan, konsep hidup dan focus (hidup) para penganut Jahiliyah itu, seperti halnya orang dewasa melihat anak-anak kecil sedang bermain-main. Dan Anda akan lebih heran lagi sambil berkata: Apa gerangan yang sedang menimpa manusia-manusia itu? Mengapa mereka terpuruk ke jurang yang amat kotor dan tidak dapat mengengar seruan yang Maha Tinggi dan Mulia?
Ketika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, sesungguhnya Anda hidup dengan konsep yang syamil (comprehensive), berkualitas tinggi dan bersih bagi keberadaan alam semesta dan tujuannya serta tujuan keberadaan manusia. Coba anda bandingkan konsep yang syamil untuk kehidupan, alam semesta dan manusia itu dengan berbagai konsep Jahiliyah yang menjadi sistem hidup manusia di Timur dan Barat, di Utara dan Selatan. Kemudian coba Anda bertanya: Mengapa mereka bisa hidup di lembah kepedihan, di dasar yang paling rendah, dalam kegelapan yang gelap gulita itu? Padahal di samping Jahiliyah itu terdapat tempat hidup yang tinggi (mulia) dan cahaya yang terang benerang.
Jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an Anda akan merasakan singkronisai (harmonisasi) yang sangat indah antara gerakan manusia seperti yang dikehendaki Allah dan gerakan alam semesta ini yang diciptakan Allah dengan sangat indahnya. Kemudian Anda akan menyaksikan keterpurukan yang sedang diderita manusia akibat penyimpangannya dari sisitem alam (yang Allah ciptakan). Demikian juga paradoks yang terjadi antara pendidikan yang rusak dan jahat yang dipaksakan dan fitrah manusia yang diciptakan Allah pada mereka. Anda akan melihat sendiri. Setan terkutuk manakah gerangan yang menggiring langkah manusia menuju neraka Jahim? Dan Anda pasti berkata dengan yakin : Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba itu?
Sesungguhnya jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an maka Anda akan melihat semseta ini jauh lebih besar dari fenomena yang disaksikan. Lebih besar dari dari hakikatnya, lebih besar dari sisi-sisinya. Kemunculan manusia terbentang pada jalan-jalan yang amat panjang. Kematian bukanlah akhir perjalanan ini. Namun satu fase dari perjalanan itu. Apa yang diperoleh manusia ketika berada di dunia ini bukanlah merupakan semua jatahnya. Namun sebagian saja dari jatah keseluruhannya. Balasan yang lolos sehingga tidak menimpanya di dunia ini, bukan berarti dia lolos pula di sana (akhirat), di mana di sana tidak ada lagi kezaliman, kekurangan dan ditelantarkan.
Sesungguhnya periode yang Anda habiskan di atas bumi ini sesungguhnya merupakan perjalanan alam semesta yang bersahabat, alam berteman dan menhasihi. Alam yang memiliki ruh (nyawa) yang bisa menerima dan menjawab dan sedang mengarah kepada sang Pencipta yang Esa di mana ruh orang Mukmin juga mengarah dengan khusyuk. “Dan kepada Allah sujud siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dalam keadaan patuh maupun terpaksa, dan demikian pul abayang-bayang mereka di waktu pagi dan sore." (QS. Arro’d : 15) “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isro’ : 44)
Ketenangan, keluasan, kedekatan dan kepercayaan apa gerangan yang yang dilahirkan konsepsi yang syamil, yang luas dan yang benar ini ke dalam lubuk hatimu saat melihat ketundukan jagat raya ini kepada Allah, Tuhan Pencipta alam semesta?
Jika Anda hidup di bawah naungan Al-Qur’an, Anda pasti melihat bahwa manusia itu jauh lebih mulia dari penilaian yang pernah dikenal manusia, baik dahulu maupun sekarang. Mereka adalah manusia yang mendapatkan tiupan ruh (nyawa) dari Allah.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka mereka (malaikat) tunduk kepadanya dengan bersujud (QS. Al-Hijr : 29)
Maka dengan tiupan itu pula, manusia berhak menjadi Khalifah-Nya di muka bumi.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
Dan ingatklah ketika Rob (Tuhan Pencipta)mu berkata kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku menjadikan khalifah di muka bumi…..(QS. AL-Baqarah : 30).
Lalu Dia menundukkan bagi manusia apa saja yang ada di lngit dan di bumi
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia menundukkan bagimu apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda-tnada bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah : 13)
Dengan begitu hebatnya kemualiaan dan ketinggian yang dianugerahkan kepada Manusia, Allah telah menjadikan sebuah ikatan yang bersumber dari tiupan ilahiyah yang amat mulia. Itulah iakatan akidah fillah. Sebab itu, akidah orang beriman (mukmin) adlah tanah air dan kebangsaannya serta keluarganya. Di atas akidah sajalah manusia berhimpun. Bukan seperti berhimpunnya hewan yang dilandasi kepentingan rumput dan tempat gembala.
Sesungguhnya orang Muslim itu memiliki hubungan keturunan yang jauh yang terbentang jauh ke belakang. Ia adalah salah seorang dari kafilah mulia itu yang membimbing langkahnya bersama kelompok yang mulia pula: Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Musa, Isa dan Muhammad ;’alaihimush-sholatu wassalam..
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
Dan sesungguhnya ini adalah umatmu sebagai umat yang satu dan Aku adalah Rob (Tuhan Pencipta-Mu). Maka bertakwalah pada-Ku. (QS. Al-Mukminun : 52)
Lewat kehidupan di bawah naungan Al-Qur’an, akan nyata di hadapan Anda bahwa kafilah yang mulia yang membentang sejak masa yang amat jauh sebelumnya menghadapi kondisi-kondisi yang mirip. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur’an, ada pengalaman-pengalaman yang mirip sepanjang masa kendati berbeda waktu, tempat dan kaum.
Kafilah mulia itu selalu menghadapi kesesatan, kebutaan, hawa nafsu, penindasan, kezaliman, intimidasi dan pengusiran. Namun demikian, kafilah mulia tetap berjalan di atas jalan yang permanen (tsabit), dengan hati yang tenang seraya tsiqah (yakin) meraih pertolaongan Allah, terikat setiap saat pada rojak (sangat berharap) akan terjadinya janji Allah yang Maha Benar.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13) وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ (14)
Dan orang-orang kafir itu berkata kepada para Rasul mereka : Kami pasti mengusir kalian dari bumi (negeri) kami, atau kalian kembali ke dalam agama kami. Maka Rab (Tuhan Pencipta) mereka memberikan wahyu kepada mereka : Kami pasti membinasakan orang-orang zalim itu () dan Kami menempatkan kamu di negeri itu setelah (kehancuran) mereka. Yang demikian itu (balasan) bagi orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku. (QS Ibrahim : 13 – 14)
Demikianlah Al-Qur’an menyebutkan satu sikap, satu pengalaman, satu ancaman dan satu keyakinan. Janji Allah hanya satu bagi kafilah yang mulia ini. Akhir (ending)-nya juga satu yang ditunggu-tunggu kaum Mukminin pada akhir perjalanan saat mereka menghadapi tekanan, intimidasi dan ancaman…
Jika Anda benar-benar hidup di bawah naungan Kitabullahh; Al-Qur’an, Anda akan belajar darinya bahwa di alam semesta ini tidak ada yang bernama “kebetulan” dan tidak juga yang bernama “terjadi begitu saja’.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami ciptakan bagi setiap sesuatu itu dengan kadar (batas).
QS Al-Qomar : 49.
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا …..
dan Dia menetapkan ukuran-ukuran segala sesuatu (nya) dengan serapi-rapinya.QS. Al-Furqan : 2)
Setiap perkara ada hikmahnya. Akan tetapi hikmah yang ghaib (tersembunyi) yang amat dalam yang bisa saja tidak terbuka untuk pandangan manusia yang amat pendek.
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا ….
Maka boleh saja kamu membenci sesuatu dan Allah jadikan di dalamnya kebaikan yang banyak (QS Al-Maidah : 19)
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan boleh saja kamu membenci sesuatu sedangkan dia lebih baik bagimu dan boleh saja kamu mencintai sesuatu sedangkan dia lebih buruk bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui (apa-apa). (QS. Al-Baqarah : 216)
Sesungguhnya faktor-faktor penyebab yang dikenal manusia bisa saja menimbulkan efek/pengaruh dan bisa juga tidak berpengaruh. Permulaan/indikator yang biasa dilihat manusia sebagai sebbuah kepastian bisa saja melahirkan hasilnya yang pasti dan bisa juga tidak. Yang demikian itu disebabkan karena faktor-faktor penyebab dan indokator-indikator tersebut bukanlah sebagai pencipta pengaruh dan hasil. Akan tetapi merupakan sebauh Kehendak yang mutlak (pasti dari Allah) yang melahirkan pengaruh dan hasil sebagaimana Kehendak tersebut juga yang melahirkan faktor-faktor penyebab dan indikator-indikator itu.
لا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا
Anda tidak mengetahui bisa saja Allah ciptakan setelah itu suatu perkara (QS. At-Thalaq : 1)
وَمَا تَشَاءُونَ إِلّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dan kamu tidak bisa berkehendak kecuali jika Allah Tuhan Pencipta alam semesta menghendaki (nya) (QS At-Takwir : 29)
Orang Mukmin melaksanakan faktor-faktor penyebab karena diperintahkan melakukannya (sebagai ekspresi ibadah kepada-Nya). Dan Allah jualah yang mengaitkan pengaruh dan hasilnya dari apa yang dilakukannya. Ketenagan meraih rahmat Allah, keadila-Nya, hikmah-Nya dan ilmu-Nya sajalah tempat berlindung yang terpercaya serta cara terlepas dari kebimbangan dan keragu-raguan.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Setan itu menjanjikan kefakiran kepada kami dan menyuruhmu melakukan perbuatan yang keji. Dan Allah menjanjikan bagimu ampunan dan karunia dari-Nya. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) serta Maha Mengetahui (QS Al-Baqarah : 268 )