MISIONARISME

Diterjemahkan oleh: Arif Fortunately
Pada bab sebelumnya telah kita ketahui bagaimana orientalisme memainkan peranan sebagai pembuka pintu gerbang bagi para misionaris untuk memerangi masyarakat Islam karena ada ikatan yang sangat kuat antara kedua paham ini. (Mayoritas kaum orientalis adalah misionaris sebaliknya mayoritas misionaris adalah orientalis karena standar kelayakan misionaris Eropa di berbagai negara Islam adalah mereka mesti terlebih dahulu membaca karangan para orientalis mengenai wilayah Islam) .

Para misionaris berjuang sekuat tenaga guna merusak nilai-nilai moralitas dan logika umat Islam serta menciptakan keragu-raguan terhadap agama. Disamping itu mereka berupaya mengobrak-abrik persatuan umat dengan menebar bibit-bibit perpecahan dan perselisihan, membela kaum minoritas dan nasionalis agar memarginalkankan diri dari dunia Islam dan menentang Islam dengan mengatasnamakan modernisasi dan nasionalisme agar menyibukkan umat dengan konflik internal yang berkepanjangan. Para misionaris berperan aktif dalam menebar spirit kemunduran dan keterbelakangan di kalangan umat Islam. Dengan organisasi besar dan kaya, aktifitas terorganisir dan berkesinambungan serta dengan berbagai fasilitas dan media yang terbukti efektif menjauhkan generasi Islam dari agamanya dengan mewarnai rasio dan logika sehingga dengan mudah menerima pemikiran-pemikiran, teori-teori dan label-label yang menyalahi aturan agama.
Para misionaris -dengan alasan kemanusiaan- sibuk mengurusi kemiskinan, kelaparan dan wabah penyakit yang melanda sebagian negeri muslim, disela-sela itulah mereka menebar agama dan paham-pahamnya secara transparan, hal ini sering terjadi di benua Afrika dan Asia Tenggara. Saat ini para misionaris bebas melancarkan misi secara terang-terangan dengan aneka mediasi di negeri-negeri muslim yang miskin khususnya. Dan yang lebih memprihatinkan ternyata gagasan buruk mereka telah menjadi konsumsi publik yang sibuk dibicarakan dimana-mana .
A. Metode-metode yang dipergunakan untuk Tujuan Kristenisasi

Misionarisasi/kristenisasi bukanlah sebuah misi serampangan yang tidak terkoordinir dan terorganisir, tapi ia lebih merupakan misi yang tersistem dan berada dibawah pengawasan pihak gereja dan negara-negara Eropa yang punya misi khusus terhadap negeri Islam. Diantara metode yang dipakai adalah:

A. Institusi-institusi Pendidikan

Mereka mendirikan sekolah-sekolah di negara-negara Islam guna membuka kesempatan bagi anak-anak muslim untuk bisa sekolah disana, ini siasat mereka guna meragu-ragukan keyakinan dan keimanan generasi anak muslim terhadap Islam. Pihak misionaris telah untung besar dan mereka sangat menyadari arti pentingnya keberadaan sekolah-sekolah ini guna memuluskan aksi mereka. Sehingga Zweimmer mengatakan: (institusi-institusi pendidikan merupakan pagar pembatas pergesekan langsung antara Islam dan Kristen) .

Seorang misionaris wanita Anna Millighan berkata: (Kami telah mampu mengumpulkan di Akademi Khusus Wanita di Kairo sejumlah anak bangsawan dan orang-orang berpangkat, rasanya tidak pernah ditemukan di tempat lain sejumlah besar wanita muslimah berada di bawah penguasaan Kristen dan pada gilirannya tidak ada media yang lebih efektif dan ampuh dalam penghancuran benteng Islam dibanding dengan fasilitas institusi-institusi pendidikan ini) . Dante (misionaris) berujar: "Pendidikan adalah media krusial untuk mengokohkan pemahaman tentang teologi ketuhanan dan praktik ibadah Kristen terhadap para peserta didik” .

Sudah menjadi tren `para penguasa, golongan ekonomi atas dan para pejabat tinggi mengutus putra-putri mereka untuk menggali ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah -dalam anggapan mereka- bonafit, tidak ketinggalan juga masyarakat golongan ekonomi menengah yang ikut-ikutan menyerahkan putra-putri mereka kesana karena terpikat oleh kedisiplinan pendidikan dan kemampuan para siswa berbahasa asing dengan baik sehingga lahirlah tamatannya sebagai angkatan kerja yang langsung bisa bekerja di perusahaan-perusahaan terkenal dan bonafit . Masalah yang mengkhawatirkan adalah keberadaan mereka yang berasal dari keluarga-keluarga muslim elite dan karena kepemimpinan umat dalam bidang politik, pemikiran dan sosial di masa depan disandarkan pada mereka .

Untuk merealisasikan rencana busuk mereka, para orientalis tidak serta merta langsung mendirikan institusi pendidikan berlabel agama Kristen secara terbuka, namun mereka punya langkah-langkah sendiri diawali dengan membuka sekolah-sekolah dan institusi-institusi pendidikan sekuler untuk menjauhkan anak-anak muslim dari ajaran Islam. Samuel Zweimmer mengatakan: "selama umat Islam masih menghalangi anak-anak mereka untuk sekolah di institusi Kristen makanya kita harus menyikapinya dengan mendirikan sekolah-sekolah sekuler yang akan memudahkan jalan untuk menghancurkan spirit keagamaan dari jiwa anak-anak Islam".

Seorang misionaris bernama Taglie: Kita harus mendukung pembangunan lembaga-lembaga pendidikan yang mengadopsi kurikulum pendidikan sekuler Barat, karena kebanyakan umat Islam menjadi lemah keyakinannya setelah mempelajari literatur-literatur Barat dan bahasa asing". Diantara institusi pendidikan sekuler terkenal yang mereka bangun: Universitas Victoria di Iskandaria, Universitas Amerika di Kairo dan Univeritas Amerika di Beirut .

Setelah situasi mulai stabil dan dampak westernisasi sudah mulai menggerogoti kurikulum pendidikan di negara-negara Islam khususnya pasca imprealisme Barat terhadap negara-negara Timur, mulailah mereka menampakkan rencana busuk mendirikan sekolah-sekolah Kristen yang diajarkan oleh para Pastur dan Uskup untuk menanamkan doktrin dan dogma Kristen pada anak-anak didik.

Zweimmer mengatakan: "Misionarisme punya dua keistimewaan bagi Peradaban Barat: sebagai kekuatan destruktif dan konstruktif, yang dimaksud dengan destruktif yaitu melepaskan seorang muslim dari ikatan agamanya walaupun hanya dengan mengarahkan mereka pada kekufuran/atheisme, sedangkan yang dimaksud dengan konstruktif adalah: mengkristenkan sosok muslim jika hal itu memungkinkan agar menjadi kolega Barat untuk melawan kaumnya sendiri" . Sekolah-sekolah Kristen membekali siswanya dengan sebuah atmosfer kehidupan Kristen dan menggiring mereka untuk mengamalkan dogma dan perilaku Kristen khususnya selama mereka masih anak-anak, dengan ini mereka tumbuh dalam falsafah hidup Kristen .

John Muth berkata: Pemahaman keislaman cepat sekali tumbuh pada anak-anak muslim, karenanya kita harus segera mengarahkan mereka ke agama Kristen sebelum mereka beranjak dewasa dan sebelum Islam telah menjadi watak/karakter yang melekat pada mereka . Henri Jeff berujar: Pendidikan bukan tujuan akhir tapi hanya media dari misi Kristenisasi. Tujuan akhirnya adalah menggiring manusia agar memeluk agama Kristen dan menjadi karakter dan bangsa-bangsa salibis . Contoh yang bisa kita lihat, hadirnya sekolah-sekolah Kristen dibawah pengawasan dan kontrol kedutaan-kedutaan asing Eropa di negeri kita sedangkan kurikulumnya ditetapkan oleh para pakar pendidikan Barat dan banyak sekali anak-anak Islam yang tergabung pada sekolah-sekolah semacam ini .

B. Kegiatan-Kegiatan Sosial

Program ini dilancarkan dengan mendirikan penampungan dan rumah-rumah singgah bagi orang jompo, anak-anak yatim, gelandangan dan orang hilang, mendirikan asrama mahasiswa-mahasiswi, mengunjungi mereka yang terbaring di rumah sakit, yang mendekam dalam penjara serta memberikan hadiah cuma-cuma dan pelayanan-pelayanan pada mereka yang membutuhkan .

C. Beasiswa Pendidikan

Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para mahasiswa ataupun sarjana muslim yang berprestasi untuk mengenyam kuliah di luar negeri (Barat) sehingga pemikiran mereka terpengaruh dan kembali ke tanah air dengan wajah dan karakter baru serta membawa spirit dan kultur Barat.

D. Pelayanan Medis dan Kesehatan

Program ini terwujud dengan pembangunan rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan, mengutus para relawan dan perawat ke daerah-daerah terpencil guna perbaikan gizi masyarakat setempat. Media ini sangat berpengaruh buruk terhadap masyarakat miskin di daerah terpencil tersebut. Morison berkata: "Kita sangat setuju bahwa tujuan utama dari program-program kristenisasi dalam bentuk kunjungan orang-orang yang sakit terbaring di rumah sakit adalah memahamkan mereka bahwa masih ada Yesus Sang Penyelamat dan menjadikan mereka anggota-anggota baru gereja" . Perkataan Paul Horisson: "Kita telah menemukan cara untuk menjadikan pria-pria Arab dan wanitanya menjadi pemeluk agama kristen" .

E. Penyelenggaraan ceramah umum, seminar, percetakan buku, penerbitan majalah, koran dan selebaran secara periodik guna membeberkan ide-ide busuk mereka.

Para misionaris sengaja menebarkan buku dan majalah mereka di dua kota yaitu Kairo dan Beirut. Ibukota Mesir, Kairo dijadikan oleh Protestan sebagai pusat penebaran brosur-brosur yang berisi kampanye kristen di Mesir dan dunia Islam, mereka juga mendirikan penerbit Amerika di kota Beirut yang akhirnya menjadi media paling penting kristenisasi di Timur. Sementara para pendeta dan pastur memusatkan seluruh kegiatan jurnalistik mereka di penerbit Katolik di Beirut semenjak tahun 1887. Dan upaya mereka berjalan sangat efektif .

F. Melakukan diskusi dan evaluasi terhadap keberhasilan program-program kristenisasi dengan menyelenggarakan kongres-kongres para misonaris secara periodik baik berskala nasional maupun Internasional.

G. Mengasuh lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi dan partai politik yang nyata-nyata menyimpang dari prinsip Islam. Tokoh-tokoh kristen telah mencetak rekor karena afiliasi mereka pada partai-partai dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat Arab guna memuluskan aksi mereka dalam proyek penjauhan umat Islam dari agamanya. Diantara tokoh-tokoh Barat itu: Michael Aflaq anggota Partai Ba’ats Sosialis Arab, George Habsy pada partai nasionalis Arab dan Front Kebangsaan untuk Kemerdekaan Palestina, Neif pada Partai Demokrasi Kebangsaan, Anthon Pemimpin Partai Nasional Suriah. Tokoh-tokoh kristen punyan peranan yang sangat penting sekali dalam membakar semangat
Nasionalisme Arab .

B. Misi-misi Kaum Orientalis dan Para Misionaris

Sebelumnya telah kita singgung bahwa terdapat korelasi erat antara kedua paham ini sehingga misi-misi mereka juga tidak jauh berbeda satu sama lain. Misi-misi ini mencakup:

1. Misi Agama (Gospel)

Merupakan misi utama, diantara agenda-agendanya adalah:

• Pendistorsian dan pemberian citra negatif Islam dalam asumsi masyarakat Eropa untuk memprovokasi mereka bahwa Islam tidak lagi relevan sebagai “way of life”. Usaha ini semakin gencar dicanangkan pasca Perang Salib karena para tentara salibis yang selamat dan pulang ke tanah airnya menggambarkan potret Islam yang indah, toleran, dan pantas dijadikan jalan hidup karena telah terbukti melahirkan modernisasi dan peradaban Arab. Kaum Orientalis sibuk dalam perang yang berkepanjangan melawan umat Islam pasca meluasnya kekuasaan Turki Usmani di benua Eropa untuk menanamkan rasa benci dan kedengkian di hati masyarakat Eropa.

• Memurtadkan umat Islam meski tidak memeluk agama Kristen, mereka mempersenjatai diri dengan rekayasa palsu guna melemahkan aqidah umat seperti penghinaan Al-Quran dan kenabian, menyerang Bahasa Arab dan propaganda bahwa fiqh Islam diadopsi dari hukum Romawi. Semuanya mereka lakukan atas nama penelitian dan kritik ilmiah .
• Pengkristenan umat, dengan membuka institusi-institusi pendidikan bagi anak-anak Islam, upaya mengubah kurikulum pendidikan agar sejalan dengan misi mereka , mendominasi pelayanan medis dan kesehatan untuk mengkristenkan negeri-negeri miskin yang dilanda kelaparan.

• Pengkaderan para tokoh Islam dengan doktrin-doktrin menyimpang sehingga dengan mudah para tokoh ini akan mengubah opini publik dan menggiring mereka murtad dari Islam tanpa sadar.

2. Misi Imprealisme

Masyarakat Eropa tidak jera-jeranya ingin menjajah dan menguasai tanah Arab dan dunia Islam pasca kekalahan mereka dalam Perang Salib, untuk itu orientasi mereka mempelajari dunia Islam sebagai studi komprehensif yang menyelidiki semua segi mulai dari aspek teologi, budaya, etika, moral dan kekayaan alam supaya mereka memahami sumber kekuatan dan titik-titik lemah umat, ketika penjajahan militer berhasil dan mereka telah mendominasi dunia perpolitikan, yang menjadi program selanjutnya adalah memadamkan spirit perlawanan dalam setiap jiwa dan menebar rasa pesimisme dan skeptisisme terhadap peninggalan-peninggalan berharga umat terdahulu, meragukan aqidah dan nilai-nilai humanitas yang dianut, sehingga kita kehilangan rasa percaya diri serta dengan mudah jatuh dalam buaian Barat sambil mengemis-ngemis nilai-nilai keyakinan dan etika pada mereka. Dengan ini mereka berhasil membuat umat tunduk pada peradaban dan kultur budaya Barat tanpa pernah lagi merasa memiliki harga diri .

Perhatian kaum orientalis saat ini lebih banyak tertuju pada studi dan spionisasi gerakan-gerakan Islam di seluruh penjuru dunia, mengawasi perkembangan dunia pemikiran dan perpolitikan Islam untuk dijadikan bahan analisa dan evaluasi lantas kemudian hasil penelitian tersebut akan diserahkan pada penguasa-penguasa Barat dengan melampirkan misi-misi dan program-program rahasia maupun transparan guna menyikapi perkembangan pergerakan-pergerakan ini .
3. Misi Politik

Program ini dilancarkan dengan penebaran rekayasa dan taktik adu domba antar negara Arab atau antara negara Arab dengan negara Islam lainnya . Biasanya, upaya ini berkedok pemberian saran dan nasihat politik ataupun keinginan sungguh-sungguh untuk membantu menyelesaikan masalah negara, khususnya ketika mereka telah memahami betul sisi-sisi lemah pimpinan negara dan metode stressingnya lewat media-media yang telah terbukti ampuh mempengaruhi opini masyarakat dunia dan kerangka paradigma anak-anak bangsa tersebut.

4. Misi Bisnis

Yayasan penyelenggara kegiatan orientalisme meraup keuntungan materi yang luar biasa dan fasilitas-fasilitas yang sangat memadai dari pemerintah negara-negara Barat hingga mencapai jumlah yang membuat para pakar dan ahli berbagai disiplin ilmu menelan ludah dan sangat berambisi untuk bergabung dan ikut bekerjasama guna meraup keuntungan materi. Sehingga besarnya jumlah dana untuk program ini menjadi daya tarik tersendiri tergabungnya sejumlah besar kaum orientalis .

Di sisi lain keberhasilan para orientalis melemahkan dan memaksa umat Islam mengakui peradaban modern Barat mengakibatkan negara-negara Islam menjadi pasar-pasar terbuka bagi hasil-hasil industri Barat. Keadaan ini semakin memajukan geliat industrialisasi di Barat bahkan mereka berhasil menjajah aset-aset dan hasil-hasil industri dalam negeri.

5. Misi Ilmu Pengetahuan

Ini merupakan misi sebagian kecil kaum orientalis yang tidak menyimpan bibit kebencian terhadap Islam. Misi mereka benar-benar murni dilandasi keinginan memperdalam pengetahuan mengenai sejarah kemajuan peradaban bangsa-bangsa, agama, kultur budaya dan bahasanya. Diantara mereka terdapat beberapa tokoh yang akhirnya menyatakan diri masuk Islam, merekalah tokoh yang menilai sesuatu secara proporsional dan didorong oleh motivasi tinggi dalam menyingkap kebenaran. Sementara segolongan lain tidak menilai secara proporsional meskipun penentangan dan kebencian mereka terhadap Islam dalam tulisan-tulisan tidak sebesar kebencian para orientalis fanatis. Diantara tokoh-tokoh orientalis yang punya misi ilmu pengetahuan tersebut adalah:

 Thomas Arnold (1864-1930). Karyanya berjudul: Ad-Dakwah Ila al-Islam.
 Gustaff Lobon: Orientalis, failusuf materialistis atheis, dia memiliki banyak buku dan karangan yang menyatakan dengan jelas ketertarikannya pada Peradaban Islam sehingga Barat tidak banyak menggubris dan kurang menghormatinya.

 Adrian Reland: meninggal tahun 1817, dia mengarang buku berjudul (ad-diyanah al-muhammadiyyah) dalam dua jilid berbahasa Latin tahun 1705 dan pihak gereja melarang keras peredaran buku tersebut.

 Johan G. Rigth (1716-1774) seorang orientalis berkebangsaan Jerman, dituduh sebagai pengkhianat karena sambutan positifnya terhadap Islam.

 Goth: Seorang ahli sastra Jerman terkemuka.

 Seorang penulis berkebangsaan Rusia.

 Silvester De Sasi: berkonsentrasi pada kesusteraan dan tata bahasa Arab dan dia telah berjasa menjadikan Paris sebagai pusat studi bahasa Arab di Eropa.

 Zegreid: dia menjelaskan dampak positif peradaan Islam terhadap kemajuan Eropa dalam bukunya yang terkenal (Syamsu al-Arab thusti’ ala al-gharb) .

C. Keberhasilan Penting Aktifitas Kristenisasi

Misi kristenisasi telah merambah hampir keseluruhan negara-negara ketiga (berkembang), misi ini mendapat sokongan penuh dari Amerika, Eropa, gereja-gereja, organisasi dan yayasan Internasional. Dan yang semakin menambah daya infiltrasi mereka adalah toleransi berlebihan dari pemerintah negara-negara Islam terhadap misi mereka, bahkan sampai ke level turut serta membangun gereja-gereja, menghadiri upacara-upacara keagamaan dan bekerjasama dalam kegiatan mereka.

Di Indonesia para misionaris ini telah mendominasi media massa, mereka punya siaran radio dan koran kristen, di negara ini terdapat ribuan jumlah misionaris dan mereka punya target untuk mengkristenkan seluruh wilayah Indonesia. Di Bangladesh juga terdapat sejumlah besar misionaris, demikian juga keadaannya di Malaysia serta negara-negara Afrika.

Berdasarkan data sensus diketahui bahwa jumlah misionaris di seluruh penjuru dunia lebih dari 320.000 orang, terdapat 2500 stasiun radio dengan 64 bahasa nasional. Jumlah misi kristenisasi di Afrika mencapai 111.000 misi dan jumlah misionaris di Afrika saja mencapai 119.000 orang, gaji mereka mencapai 2 milyar dollar Amerika setiap tahunnya. Karangan para orientalis semenjak awal abad ke 19 sampai pertengahan abad ke 20 mencapai 60.000 judul buku. Diantaranya:
 Tarikh al-Adab al-'Araby (Sejarah Kesusasteraan Arab) karangan Karl Brochelmann meninggal tahun 1956.
 Dairah al-ma'arif al-islamiyyah.
 Al-mu'jam al-mufahras li alfaaz alhadits asy-syarif (Ensyklopedi Hadits Nabi) yang mencakup kutub as-sittah ditambah Musnad Ad-darimy, Muwattha Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.

Untuk mengkaji lebih dalam tentang misionarisme silahkan buka literatur dan referensi berikut:

 Al-Mausuah al-Muyassarah cet ke 3 hal 675-688.
 Al-Fikr al-Islamiy al-Hadits: DR. Muhammad Al-Bahiy.
 At-Tabsyir wa al-Isti’maar: Muhammad azat Ismail Ath-thohawy.
 At-tabsyir wa al-Isti’maar: DR. Musthofa Al-Khalidy dan DR. Umar Farukh.
 Al-Gharah ‘Ala al-‘Alam al-Islamy: Cathlie, dan terjemahan Muhibuddin Al-Khatib dan Musaid Al-Yafi.
 Maawil al-Hadm wa at-Tadmir fi an-Nashraniyyah wa at-Tabsyir: Ibrahim Sulaiman Al-Jabhan
 Adhwa ‘ala al-Istisyraq: DR. Muhammad ‘Abdul Fattah Alyaan.
 Qadat al-Gharb Yaquluun: Jalal Al-Aalim
 Al-Mustasyriqun: Najib al-‘Aqiqiy
 Al-Istisyraq wa al-Mustasyriquun: DR. Mushtafa As-Siba’iy
 Al-Istisyraq wa al-Khalfiyyah al-Fikriyyah li ash-Shira’ al-Hadhary: DR. Mahmud Hamdi Zaqzuq.
 Al-Islam fi al-Fikr al-Gharby: DR. Mahmud Hamdi Zaqzuq.
 Al-Mustasyriqun wa al-Islam: ceramah Muhammad Quthb
 Al-Mustasyriqun wa al-Maudhuiyyah: DR. Ahmad Ghurab.



Simplex Magazine2

Aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.